
Perkembangan masalah asupan gizi bagi anak di Indonesia
semakin kompleks baik persoalan kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Kekurangan
gizi disebabkan karena kemiskinan, kurangnya
persediaan pangan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang (Almatsier, 2010). Kurangnya pengetahuan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu
penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Pengetahuan dan sikap ibu akan mempengaruhi
asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak (Rakhmawati,
2014).
Dalam pertumbuhannya, seorang balita membutuhkan nutrisi
yang tinggi yang dapat mendukung kecepatan tumbuh kembangnya guna mencapai
pertumbuhan yang optimal. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, lemak,
maupun protein saja yang dibutuhkan, tetapi mikronutrien juga sangat dibutuhkan
oleh seorang balita untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Ibu
yang berpendidikan
dapat menerima berbagai informasi dari luar dan meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan termasuk tentang pola asuh
anak ( Sartika, 2010). Hasil penelitian menunjukkan tidak
adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status
gizi anak. Tidak adanya hubungan pendidikan dengan status gizi
dapat dikarenakan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Ibu
dengan tingkat
pendidikan rendah dengan adanya perkembangan teknologi saat ini
dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai media, sehingga
mereka dapat meningkatkan pengetahuannya.
Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami
gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental,
dimana anak mempunyai IQ lebih rendah dan mudah terserang infeksi
(Departemen Kesehatan (Depkes), 2007). Kelompok anak-anak yang meiliki usia dibawah 5 tahun memiliki tingkat
kerentanan yang cukup besar karena pada usia tersebut terdapat proses
pertumbuhan yang memerlukan zat gizi yang lebih banyak sehingga
akan membantu anak-anak untuk tumbuh memenuhi kebutuhan potensi fisik dan
kognitif yang optimal. Anak yang berusia dibawah 5
tahun akan mengalami proses perkembangan yang cukup pesat mulai aspek kognitif,
fisik, motorik, dan psikomotorik. Apabila mereka mengalami kekurangan gizi maka
akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya (Notoatmodjo,
2007). Kekurangan
asupan zat gizi akan berakibat pada terhambat atau terganggunya pertumbuhan
fisik pada anak sehingga muncul kasus stunting yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Jawa Tengah.
Berdasarkan analisa kasus yang terjadi, pemerintah
Provinsi Jawa Tengah memberikan perhatian khusus terkait permasalahan stunting. Karena berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan adalah salah satu wilayah yang cukup banyak
ditemukan kasus stunting. Dikutip dari situs pemerintah kabupaten grobogan pada tahun 2018 sudah ditemukan
sekitar 28 anak diindikasikan mengalami kasus stunting yang tersebar di 10 desa dari 5 kecamatan seperti di Desa Putatsari dan
Karangharjo di Kecamatan Grobogan, Desa Termas Karangrayung, Desa Sindurejo
Toroh, Desa Sidorejo Pulokulon dan di wilayah Kecamatan Geyer.
Berdasarkan data yang dirilis Puskesmas
Klambu pada bulan Mei tahun 2019 tentang laporan jumlah kasus stunting tiap desa di Kecamatan Klambu ditemukan sekitar 141 balita yang terindikasi
kasus stunting. Desa-desa tersebut meliputi:
Tabel 1. Jumlah Kasus Stunting per Desa di
Kecamatan Klambu
Kabupaten Grobogan Bulan Mei 2019
No
|
Nama Desa
|
Jumlah Balita
|
Jumlah Kasus Stunting
|
%Kasus Stunting
|
1
|
Kandangrejo
|
243
|
25
|
10,3
|
2
|
Selojari
|
136
|
3
|
2,2
|
3
|
Taruman
|
368
|
12
|
3,3
|
4
|
Penganten
|
292
|
9
|
3,1
|
5
|
Klambu
|
349
|
15
|
4,3
|
6
|
Menawan
|
338
|
27
|
8,0
|
7
|
Terkesi
|
423
|
23
|
5,4
|
8
|
Jenengan
|
169
|
15
|
8,9
|
9
|
Wandankemiri
|
125
|
12
|
9,6
|
Jumlah
|
2442
|
141
|
5,8
|
Berdasarkan data tersebut ternyata
terdapat peningkatan kasus stunting yang sangat
signifikan, dan tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kasus stunting dibeberapa kecamatan lain yang masih belum mendapatkan perhatian.
Upaya pencegahan stunting di Kecamatan Klambu haruslah dilakukan secara serius dan
dijadikan sebagai program utama karena dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminnya,
tetapi juga berdampak terhadap keluarga, perekonomian dan pembangunan negara.
sehingga semua komponen masyarakat harus secara bersama-sama bersinergi untuk
melakukan pencegahan stunting sejak
dini agar tercipta generasi yang tumbuh sehat, tinggi, dan berprestasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, S., 2010. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Departemen Kesehatan RI., 2007. Buku
Panduan Kesehatan Ibu dan Anak Program Departemen
Kesehatan RI. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Notoatmodjo, S., 2007. Ilmu
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Rakhmawati, N.Z., 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu dengan Perilaku Pemberian Makanan Anak Usia 12-24
bulan. Journal of Nutrition College. 3
: 43 – 50.
Sartika, R.A.D., 2010. Analisis Pemanfaatan Program
Pelayanan Kesehatan Status Gizi Balita. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 5 : 77 - 83.
Kategori : Karya Tulis Ilmiah
Penulis : Lisa Nor Aulia
Tanggal Publikasi : 29 Agustus 2019